Silaturahmi Tanpa Jabatan: Madri Pani Kembali ke Akar

Berita

HALOBERAU – Malam belum terlalu larut ketika satu per satu warga Kampung Pesayan, Kecamatan Sambaliung, mulai berdatangan ke sebuah rumah sederhana di tengah kampung. Tangan mereka menenteng berbagai jenis kue dan makanan rumahan sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan yang tak lekang oleh waktu.

Malam itu, Minggu (27/7/2025), Kampung Pesayan menjadi saksi dari sebuah pertemuan yang bukan sekadar acara politik. Silaturahmi itu menjadi ajang tatap muka penuh keakraban antara warga dan Madri Pani, Ketua DPRD Berau periode 2019–2024, yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Bumi Batiwakkal.

Tak ada panggung megah, tak ada spanduk besar, apalagi protokol resmi. Hanya ruang tamu rumah warga yang dibuka lebar, dengan kursi plastik berjejer rapi, dan suguhan hangat khas kampung: kopi, pisang goreng, dan kue tradisional.

Inisiatif Warga, Bukan Kampanye:

Apa yang membuat acara ini istimewa adalah bahwa inisiatifnya datang langsung dari warga. Tanpa embel-embel politik, tanpa undangan resmi. Murni karena kerinduan akan sosok yang pernah mereka anggap sebagai perwakilan suara mereka di parlemen.

“Saya benar-benar terharu. Ini bukan karena agenda politik atau kampanye. Warga sendiri yang mengundang dan menyiapkan semuanya,” ujar Madri Pani, tersenyum hangat, mengenang malam itu.

Madri mengakui, pertemuan semacam ini lebih berkesan daripada rapat-rapat formal yang pernah ia jalani di gedung dewan. Ia merasa lebih dekat dengan denyut kehidupan masyarakat. Di sinilah, katanya, tempat mendengar keluhan dan harapan tanpa sekat.

Kesuksesan yang Tertunda:

Dalam pertemuan itu, Madri tak menghindar saat warga menyinggung soal kekalahannya di Pilkada 2024. Dengan tenang, ia menyebutnya bukan sebagai kegagalan, melainkan bagian dari rencana Tuhan yang belum selesai.

“Semua ada waktunya. Bagi saya, itu bukan akhir, tapi awal dari proses panjang. Yang penting, hubungan kita tidak boleh putus,” ucapnya, disambut anggukan warga.

Ketika ditanya apakah ia berencana kembali maju di Pilkada berikutnya, jawabannya sederhana. “Belum terpikir ke sana. Saat ini saya hanya ingin hidup normal dan tetap dekat dengan masyarakat,” katanya santai, sambil menyeruput kopi buatan warga.

Lebih dari Sekadar Pertemuan:

Silaturahmi malam itu juga diwarnai diskusi hangat soal kondisi kampung. Isu-isu seperti infrastruktur jalan, akses air bersih, hingga lapangan kerja bagi generasi muda menjadi pokok pembicaraan. Madri mendengarkan dengan serius, mencatat setiap masukan dengan seksama.

Tokoh masyarakat setempat, Sukijo, turut menyampaikan harapannya atas kunjungan Madri. Ia menilai silaturahmi ini membawa semangat baru bagi warga, terutama dalam menyuarakan aspirasi mereka secara langsung.

“Bagi kami, Pak Madri bukan sekadar tokoh politik. Beliau sudah seperti keluarga. Kami senang karena beliau datang bukan hanya saat kampanye, tapi juga ketika tidak menjabat,” ujar Sukijo. “Harapan kami, silaturahmi seperti ini bisa terus terjalin. Karena kehadiran pemimpin di tengah masyarakat seperti ini sangat kami rindukan.”

Di akhir acara, sebelum pamit, Madri mengucapkan terima kasih yang tulus. Bukan hanya karena telah diundang, tetapi karena ia diingat dan diterima bukan sebagai mantan pejabat, melainkan sebagai bagian dari keluarga besar di Kampung Pesayan.

Menjaga Kedekatan, Menjalin Harapan:

Dalam politik, tak semua kedekatan bisa bertahan setelah masa jabatan usai. Namun Madri Pani membuktikan, kepercayaan dan hubungan dengan warga bisa terus terjalin, jika dijaga dengan hati.

Dan malam di Kampung Pesayan itu, menjadi bukti kecil bahwa politik yang paling membumi adalah yang tumbuh dari silaturahmi, dan disiram oleh rasa saling percaya. (ed)