HALOBERAU – Persoalan sengketa lahan Universitas Muhammadiyah Berau (UMB) dengan PT Kalimantan Diamond Coal (PT KDC) memasuki babak baru. Pihak UMB memilih langkah tegas untuk membawa persoalan ini ke jalur hukum.

Foto: Jafar (kanan) External PT KDC, Hamzah (kiri) saat menggelar pertemuan dengan awak media, Jumat (23/2) lalu.
Universitas Muhammadiyah Berau secara resmi telah membuat laporan perdata ke Polres Berau. Berkas laporan tersebut diserahkan langsung oleh para petinggi UMB ke Unit Satreskrim Polres Berau, Kamis (22/2) lalu.
Rektor UN Berau, Muhammad Bayu mengatakan, pihaknya memilih jalur hukum sebagai langkah tegas menghadapi masalah ini.
“Kami berharap laporan kami segera ditindak lanjuti,” ucapnya.
Terpisah, Japar yang juga mengakui sebagai pemilik tanah yang sah tidak keberatan jika UMB memilih jalur hukum. Ia mengatakan cukup percaya diri dengan bukti kuat, yakni bukti lokasi sesuai peta, surat sertifikat dan saksi-saksi yang dimilikinya.
“Saya cukup yakin dengan surat sertifikat beserta saksi-saksinya,” katanya saat menggelar pertemuan dengan media, Jumat (23/2) kemarin.
Japar mengaku memang telah menyerahkan lahan tersebut ke PT KDC untuk aktivitas pertambangan batu bara dengan perjanjian kerja sama.
“Setiap kali ingin mediasi selalu tidak bisa karena dari pihak UMB tidak bisa hadir,” imbuhnya.
Sementara itu, External PT Kaltim Diamond Coal, Hamzah secara tegas menepis jika pihaknya telah menerobos lahan penelitian Universitas Muhammadiah Berau.
“Kami tidak ada melakukan penerobosan lahan. Kami perusahaan resmi. Kami beroperasi sesuai dengan prosedur perizinan,” ungkapnya.
“Kami juga berharap permasalahan ini segera terselesaikan dengan baik anatara pak Jafar dengan UMB,” tandasnya. (*)